Rabu, 17 Desember 2014

3 Levels of Thinking & Living

Belajar Produktif Hari ini 

Yup judul diatas merupakan suatu model yang memudahkan kita (saya, kamu dan kalian) untuk mengukur level / tingkat dari produktifitas dan gunakan model ini hari demi hari untuk hidup dalam produktifitas yang maksimal - bergerak dari "tidak produktif" menuju "full productivity".

Model ini saya baca dari Productive Muslim Academy yang bagus sekali apabila kita gunakan bersama. Ahli Managemen Peter Drucker pernah bilang bahwa kita tidak bisa me-manage apa yang tidak bisa kita ukur.

Nah, untuk bisa me-manage produktifitas kita, maka diperlukan suatu cara untuk mengukur apakah kita berada dalam kondisi melakukan aktivitas yang bermanfaat dan produktif.
Memahami dan mampu melihat hidup kita dengan melalui model "3 Levels of Thinking & Living" ini bisa membantu kita untuk mengoreksi diri.

Kita mulai...

LEVEL 3 LIVING

Orang yang hidup di level ini tidak memiliki produktifitas, kenapa ? Karena mereka menghabiskan waktu mereka hanya untuk mengkhawatirkan mengenai hal-hal yang sebenarnya mereka tidak memiliki kendali atas hal tersebut, berfokus pada sesuatu yang tidak bekerja, complaining, menyalahkan semua hal dan semua orang lain yang ada di sekitarnya atas masalah yang menimpanya.

Mereka malah "berinvestasi", berfokus pada "story" mereka bukan pada masa depan mereka. Apa itu "Story" ? Yaitu segala hal yang kita sampaikan kepada diri kita sendiri untuk membenarkan mengapa kita tidak bisa berubah dan mengapa kita tidak bisa productive. Mungkin bisa di bilang "Story"  alasan pembenaran - Beda loh antara pembenaran dengan kebenaran -.

Contohnya : "Saya tidak bisa produktif karena saya tidak punya banyak waktu luang." atau  "Kondisi kesehatanku menghentikanku melakukan hal-hal yang saya inginkan"

Harapan dan keinginan mereka agar segala hal menjadi lebih baik malah secara bersamaan diiringi juga dengan alasan-alasan "mengapa mereka tidak melakukan sesuatu yang bisa mendorong mereka dalam mendapatkan apa yang diinginkan"

Mereka menyalahkan masa lalunya, orang tuanya, bos nya, dan setiap orang atas alasan mengapa mereka berada di kondisi yang mereka alami saat ini.

They play the victim in every situation.


LEVEL 2 LIVING

Orang yang hidup pada level ini memiliki beberapa produktifitas karena mereka mengambil tanggung jawab dalam sebagian besar bagian hidupnya. Mereka mungkin saja mempunyai beberapa bagian hidupnya yang masih diberi alasan - suatu alasan mengapa susah sekali untuk berubah menjadi lebih baik dan produktif - , namun mereka juga punya bagian dalam kehidupannya yang mereka bertanggung jawab atas hal tersebut, terutama hal-hal yang mereka percaya diri dan amat baik dalam melaksanakannya.

Contohnya : "Saya bagus dalam hal akademik tapi kalo bersosialisasi kurang bisa berbaur."
Ya, mereka mungkin suatu kali melakukan satu atau dua kegiatan pengembangan diri ( personal development ) atau kursus untuk menambah produktifitas dan mencoba untuk mengimplementasikannya dan berusaha meng-improve kehidupannya, tetapi sekali waktu mereka malah kembali ke kebiasaan lama mereka, cenderung tidak konsisten.

Their actions are inconsistent and hence, lead to inconsistent result.


LEVEL 1 LIVING

Orang pada level ini "really enjoy", penuh dengan produktifitas karena mereka menyadari bahwa mereka bisa saja menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi, jadi mereka memilih untuk menghabiskan waktu dan tenaga mereka untuk menjadi bagian yang memberikan solusi.

Berfokus pada hal-hal yang bisa mereka kontrol. Mereka berkomitmen 100 % bertanggung jawab atas segala hasil yang mereka peroleh, apapun itu hasil dari usahanya.

Mereka menyadari bahwa membiarkan diri terlibat dalam menyalahkan orang lain atau melakukan alasan pembenaran, itu sama saja dengan membuang-buang kesempatan dan energi dalam melakukan suatu perubahan yang penting untuk minimal dirinya sendiri.

Mereka tidak memaksakan untuk mengemban tugas seorang diri dan mereka meyakini bahwa setiap orang di sekitarnya melakukan sesuatunya dengan upaya terbaik.
Mereka amat pemaaf dan selalu bersyukur atas segala situasi yang dialaminya karena mereka tahu bahwa ini merupakan kesempatan untuk belajar dan berkembang dari hal ini.

Mereka percaya janji Allah SWT bahwa "Dia tidak akan menguji seseorang melampaui batas kemampuannya."

They see problems as tests that they want to overcome to get to the next level of productivity and living.

Alhamduliilah selesai, saya masih juga belajar untuk memperbaiki diri dan semoga dengan adanya indikator level tersebut kita bisa mengoreksi dimana kita berada kemudian bisa kita perbaiki bila masih banyak kekurangan. Thanks

Tidak ada komentar :