Senin, 17 November 2014

PEMIMPIN CERMINAN RAKYATNYA

Kepemimpinan merupakan masalah yang cukup pelik di negeri kita. Sistem demokrasi yang dianut memungkinkan rakyat untuk memilih pemimpin berkualitas yang diharapkan dapat membawa rakyat mencapai tujuan negara, yaitu terciptanya suatu masyarakat yang berdaulat, adil, dan makmur.

Dalam kenyataannya, mayoritas pemimpin terpilih bukanlah orang-orang yang berkualitas, melainkan pemimpin yang bermental korup, tidak cakap dalam memimpin, tak memperhatikan rakyat, tidak amanah, dan hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Kondisi ini sering menyebabkan rakyat kecewa dan marah. Untuk melampiaskannya, rakyat berdemonstrasi guna menyampaikan tuntutan dan aspirasi. Sayangnya, dengan demonstrasi sering berujung pada kekerasan dan tidak membawa perubahan yang berarti.

Munculnya pemimpin dengan karakteristik tadi sebenarnya bukanlah sesuatu yang mengagetkan, apalagi jika dikaitkan dengan sunnatullah. Analogi sederhana yang dpat kita gunakan untuk mengilustrasikan kondisi rakyat dengan para pemimpinnya adalah kawanan serigala yang akan dipimpin oleh serigala pula, demikian pula kawanan kuda, ayam, dan kawanan lain yang dipimpin oleh jenisnya sendiri.

Artinya, kondisi pemimpin tidak akan jauh berbeda dengan kondisi rakyatnya, karena pemimpin adalah seorang rakyat yang berkesempatan untuk memimpin.

Berdasarkan analogi tersebut, seharusnya kita meng-INTROSPEKSI diri terlebih dahulu sebelum mengeluh dan menghujat para pemimpin. Jangan-jangan apa yang kita lakukan sebagai rakyat turut memengaruhi kinerja para pemimpin.

Dalam sebuah Hadis Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam, bersabda, ".... Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, melainkan akan ditimpakan paceklik kepada mereka, kesulitan hidup, dan kezaliman penguasa atas mereka" (HR Ibn Majah dan Al-Hakim).

Dari suatu buku ("Aku Sesuai Sangkaan Hamba-Ku", karya Agus Susanto) yang saya baca, dituliskan bahwa Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan, " Sesungguhnya diantara hikmah Allah Swt. dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin, dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya, bahkan perbuatan rakyat merupakan cerminan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zalim, penguasa mereka akan ikut berbuat zalim. Jika tindak penipuan terjadi di tengah-tengah rakyat, demikian pula yang akan terjadi kepada pemimpin mereka.

Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari kaum/orang-orang lemah, pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka (rakyat) dengan tugas yang berat. Setiap hasil rampasan dari orang-orang lemah akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka (rakyat) dengan paksaan. Dengan demikian, setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka.

Apa yang terjadi di negeri kita bukanlah kondisi yang luar biasa. Kebobrokan para pemimpin berakar pada kebobrokan rakyatnya.

Oleh karena itu, jika menginginkan pemimpin yang amanah dan jujur, rakyat juga harus bersikap demikian. Kita tidak bisa hanya menuntut pemerintah untuk memperbaiki kinerja dan menjalankan amanah. sementara rakyat bersikap semaunya tanpa mengindahkan aturan-aturan yang berlaku.

Tidak ada komentar :